Tuesday, April 27, 2010

Film Cowboys in Paradise Diselidiki

Film Cowboys in Paradise yang menceritakan kehidupan gigolo di Pantai Kuta,Bali menuai kontroversi.Polda Bali akan menyelidiki film tersebut karena diduga dibuat tanpa izin pengambilan gambar.

“Kami sedang mengumpulkan sejumlah materi tentang film tersebut. Selanjutnya akan dipelajari, apakah ada pelanggaran pidana atau unsur pornografinya,” tandas Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Gede Sugianyar Dwi Putra di Denpasar kemarin. Seperti diketahui, film tersebut menceritakan sepak terjang gigolo alias pria penghibur wanita di kawasan Pantai Kuta.

Film dokumenter itu pertama kali beredar di kalangan pengguna internet dan bisa dilihat di situs video YouTube.Film berdurasi sekitar dua menit itu menggambarkan kehidupan sosok para pemuda berbadan atletis, berkulit gelap, rambut gondrong, khas penampilan anak pantai. Mereka terlihat sangat pengalaman dalam menarik perhatian para turis wanita. Dalam beberapa adegan, mereka sangat dimanja oleh para turis itu seperti dipijat dan sebagainya.

Amit Wirmani, yang menggarap film ini, memberi tajuk filmnya Cowboys in Paradise. Para pemuda ini digambarkan memang bak para koboi yang menggoda para turis perempuan. Amit,yang merupakan warga India itu, tidak hanya menampilkan para “koboi”, tetapi juga menampilkan wawancara dengan salah satu istri “koboi” tersebut. Dalam wawancara itu, istri “koboi” tersebut mengaku, suaminya kerap membawa turis wanita bule ke rumahnya.

Meski hanya dokumenter, film itu telah membuat geger pariwisata Bali. Satuan Tugas (Satgas) Pantai Kuta yang merasa paling dikecewakan dengan film itu. Sedikitnya 28 pemuda yang diduga berprofesi sebagai gigolo di kawasan Pantai Kuta hingga kini telah diamankan. Sugianyar mengaku akan mendalami film tersebut, termasuk mencari keterangan dari para aktor yang berperan dalam adegan film itu.

“Kami akan telusuri apakah para aktor dalam keadaan sadar atau tidak,saat dirinya diambil gambar untuk pembuatan sebuah film dokumenter. Ini yang akan kami telusuri dan pelajari,” ujarnya. Jika pembuatan film itu dilakukan dalam keadaan tidak sadar, ada pelanggaran yang bisa dipidanakan.“Kami bisa menetapkan sutradaranya sebagai tersangka pelaku tindak pidana, bila menyusul ditemukan cukup bukti bahwa film tersebut tak mengantongi izin,”tandas Sugianyar.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, pihaknya bekerja sama dengan Satgas Pantai Kuta dengan mengumpulkan berbagai fakta dan data menyangkut film itu.Bersamaan dengan itu juga dilakukan penertiban terhadap para gigolo.“Terhadap orang-orang yang tidak berkepentingan di Pantai Kuta, kami sudah lakukan penertiban,”katanya. Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengaku prihatin atas munculnya film tersebut. “Kalau kejadian itu benar,tentu ini sangat memprihatinkan.

Kami akan mengambil tindakan agar citra Bali sebagai pulau spiritual tidak ternoda, ”ungkapnya. Pastika juga akan meneliti film tersebut lantaran telah menjadi perhatian publik. Jika tidak berizin, film itu melanggar.“Kami akan telusuri apakah film itu resmi atau tidak,”ujar Pastika.Terkait praktik gigolo yang kesohor sampai ke mancanegara itu,Pastika juga meminta pihak terkait, termasuk masyarakat agar tidak menonton film tersebut.

“Dari sekarang petugas sudah harus terus-menerus melakukan pengawasan dan razia atas praktik lelaki tunasusila (LTS) tersebut,”ujar Pastika. Kepala Desa Adat Kuta Gusti Ketut Sudira membenarkan pengambilan gambar film tersebut di Pantai Kuta.Bali.Namun,dia belum berani memastikan para gigolo dalam film dokumenter itu merupakan warga setempat.“Karena itu, saya minta film itu dilengkapi penjelasan tentang siapa gigolo yang dimaksud,” imbuhnya.

Dia mengakui,selama ini sangat mudah memberikan izin bagi setiap warga yang ingin membuat film di kawasan Pantai Kuta.“Kasus ini menjadi pelajaran berharga kami. Kami akan lebih selektif agar tidak kecolongan seperti ini,”ujar Sudira. Dia juga mengakui,keberadaan kaum gigolo di Bali sudah berlangsung puluhan tahun. “Mungkin sejak 20 tahun yang lalu sudah ada.

Tetapi, saya yakin pelaku dalam film itu dari masyarakat luar, bukan dari masyarakat Pantai Kuta,” ucapnya. Sudira mengaku kesulitan mengidentifikasi keberadaan kaum gigolo karena komunitas tersebut rata-rata menjalankan kegiatannya secara terselubung, seperti menjadi pedagang maupun penjual jasa lainnya yang biasa mangkal di kawasan Pantai Kuta.“Pengawasan di Pantai Kuta akan lebih diintensifkan. Jika ada orang yang tidak ada kepentingan di pantai, kami akan memprosesnya,” katanya. (miftachul chusna)

0 comments:

Post a Comment

 
© Copyright by Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009  |  Template by Blogspot tutorial